Arsip Blog

Kamis, 19 September 2013

Asmara Di Malam Takbir


Cerita : Fiksi
tema : Silahkan nilai sendiri
Penulis : Akhmad fajar
Prefeface : Cerita ini bersifat fiksi, adapun nama dan tokoh tak ada kaitannya dengan kejadian di dunia nyata, hanya ada di dumay.....

Sudah bertahun-tahun Rangga dan Sinta bermusuhan layaknya kucing dan anjing. Keduanya tinggal di komplek perumahan yang sama. Para tetangganya menilai mereka berdua pasangan yang serasi. Rangga pemuda yang tampan dan Sinta gadis yang cantik, namun kenyataan berkata lain. Seperti malam itu, di saat pulang tarawih di hari pertama. Rangga tengah berjalan bersama Aris, sahabatnya dan Sinta berjalan bersama kakaknya tepat di belakang Rangga. Rani, kakaknya menggoda Sinta.

"Eh Sin, tuh ada Rangga. Dia cowok yang keren loh" goda Rani.
"Yeeh..ogah gua. Orangnya sok kegantengan gitu" kata Sinta ketus.

Rupanya ucapan Sinta di dengar Rangga. Rangga pun menghentikan langkahnya dan membalas ucapan Sinta dengan sengit.

"Siape juga yang mo ama loe, cewek manja yang sok keganjenan" Balas Rangga.
"Halaaah. loe cinta ama Fitri di tolak juga belagu" ejek Sinta.
"Nah loe juga, naksir Firman juga ditolak" balas Rangga.
"Bhuu...loe tuh sok kegantengan" Balas Sinta lagi.
"Masih mending daripada loe, cewek keganjenan, jablay gitu loch" Balas rangga seraya menjulurkan lidahnya.
"Loe juga sok Celebrity yang kagak laku...weeee" balas Sinta dengan menjulurkan lidahnya.

Dari balas membalas ejekan itulah percekcokan makin sengit. Tak ayal percekcokan mereka menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Aris meresa risih menjadi pusat perhatian. demikian pun Rani, namun mereka berdua terus cekcok. Orang yang melihat pun tersenyum geli. Karena tak tahan, Rani langsung menarik tangan Sinta dan mempercepat langkahnya meninggalkan Aris dan Rangga.

"bro..udahan dulu. malu nih jadi pusat perhatian. Ayo pulang" kata Aris.
"Ya deh, sebel gua ma tuh cewek." kata Rangga yang langsung berjalan pulang.

Sesampainya di rumah, Aris membuat dua cangkir kopi, satu untuk Rangga dan satu untuk dirinya. Rangga meminum kopi dengan nikmatnya. Aris mendatanginya dengan membawa sebungkus rokok dan secangkir kopi.

"Bro, gua heran kenape loe tuh koq berantem mulu ma Sinta. Koq gak ada diemnya" kata Aris.
"ya abis gua jengkel ma dia. " kata Rangga.
"Ya elah...kalo nurut gue sih loe tuh naksir ma Sinta. Buktinya..loe ladenin terus omongannya dia" kata Aris.
"Ciah.....ngarang loe" kata Rangga.
"Kagak bro...ini bener. Loe kan nikmati pertengkaran itu, tandanya loe naksir ma dia" kata Aris tersenyum.
"Dasar loe ape? heheheh...Kalo gua jadian ma dia, gua traktir loe makan martabak Kairo" kata Rangga.
"Wah...ane tunggu janji antum. Kebetulan ane lagi tak ada fulus..." kata Aris tersenyum.
"Ciye...masih belon makan martabak kairo loe udah jadi orang arab" cibir Rangga.
"Antum haraf maklum...ane kecanduan martabak kairo" canda Aris.
"Hala...biasanya ente kecanduan onde-onde, sekarang martabak kairo. Ntar kecanduan ape lagi" Kata Rangga.
"Nah ente tahu gak, ane lagi kecanduan fulus...fulus bro...." kata Aris.
"gaya loe...jadi loe senyum-senyum dan bikinin gua kopi ada maunye? tanya Rangga.
"Pastilah...ane mau finjem fulus...buat kencan ma Siti...Anak Bi Inah. Sambil beli makan sahur" kta Aris tersenyum.
"Yah...okelah...cepetan sono. Ane dah lapar nih" kata Rangga.
Aris langsung menuju ke warung Bi Inah, dan tak berapa lama kemudian dia datang membawa bungkusan nasi untuk makan malam dan sahur. karena terbiasa tidur malam, mereka pun bermain PS sambil menunggu waktu sahur, dan tidur sejenak untuk kembali bekerja di pagi harinya.

tak terasa sebulan sudah bulan Ramadhan, dan Takbir menggema di pemukiman rumah tersebut. Kesibukan tampak di Langgar yang berada di perumahan itu. Tampak Sinta sedang membayar zakat fitrah di langgar tersebut. Rangga pun pergi ke langgar tersebut untuk membayar zakat fitrah. Namun tampak rona kesedihan di wajahnya. Sinta yang awalnya muak melihat kehadiran Rangga menjadi heran. Tak seperti biasanya, Rangga hanya diam membisu ketika bertemu dengannya.

"Rangga, tumben hari ini kamu diam, biasaya kamu ejek aku" sapa Sinta dengan wajah ramah.
"Sin, Aris udah mudik kemarin lusa. Aku di kontrakan sendiri, sepi rasanya. Mau mudik, banyak tanggungan sehingga uang gaji plus THR untuk mudik habis, tinggal sisa sisa untuk mulai kerja. Akhirnya...ya mau tak mau aku cuman bisa titip salam dan sungkem lewat HP. Ini pun udah kehabisan pulsa, gak bisa lagi beli pulsa. Padahal aku kangen ma kampung halamanku" kata Rangga.
"Owh begitu. Padahal aku kangen ama wajah konyolmu waktu ngehina aku" kata Sinta terseyum manis.
"Loh, koq bisa ?" tanya Rangga keheranan.
"Iya, kalo kamu marah sebenarnya tampak kamu itu unyu-unyu, tapi keren loh" kata Sinta dengan senyum manisnya.
"HHHH, kamu ini ada-ada aja" kata Rangga dengan ekspresi gemas.
"Rangga, aku ciyus nih. Sebenarnya di tengah pertengkaran kita aku enjoy banget. Sebenarnya aku suka kamu dari awal kamu ketemu, cuman karena aku lihat kamu cuek makanya aku buat kamu marah supaya merhatiin aku" kata Sinta.

Bak tersambar petir, Rangga terkejut, dan merenung sejenak. Dia merasa aneh dengan perkataan Sinta tersebut.

"Wowowow...sebentar. Jadi kamu sengaja buat aku marah, supaya aku merhatiin kamu, begitu ?" tanya Rangga keheranan. Sinta hanya mengangguk dengan senyum manisnya.
"Ya Ampun Sinta, kamu gak perlu gitu. aku juga suka ama kamu dari awal ketemu, cuman aku lihat kamu kayaknya judes, makanya aku cari cara supaya kamu perhatiin aku" kata Rangga tersenyum manis.
"So, bagaimana ini ?" lanjutnya.
"Uhm...sekarang kamu masih suka gak ama aku ?" tanya Sinta serius.
"Oke deh, aku suka sama kamu, jadi gimana nih, kita jadian kah?" tanya Rangga dengan harap-harap cemas.
"Uhm...aku terima cintamu. Ayo antar aku pulang ke rumah. Aku mau ganti baju dulu, setelah itu kita rayakan kencan pertama kita di taman deket rumahku." kata Sinta serius dan menggandeng tangan Rangga dengan lembut. Mereka pun berjalan ke rumah Sinta tuk selanjutnya menikmati Malam takbiran yang sekaligus malam jadian mereka.

Rangga tersenyum senang karena akhirnya mendapatkan Sinta sebagai pacarnya, namun dia teringat akan janjinya pada Aris untuk membelikan Martabak kairo selama satu bulan.

"busyet deh, bakalan mampus gua, kalah gua ama Aris. Sebulan deh gua musti ngebeliin Aris martabak Kairo, tapi gak papa lah yang penting ane jadian ma Sinta" kata Rangga dalam hati seraya tersenyum.
"Say, ada apa koq senyum sendiri ?" tanya Sinta yang sedang duduk di taman bersama Rangga.
"Yah..Idul Fitri ini paling berkesan buat gue. Gua dapetin cewek cantik yang selama ini gua kejar, walau dengan cara yang konyol" kata Rangga tersenyum.
"Hmm..iya ya. Kamu seirus mau hidup ama aku?" tanya Sinta.
"Iya Sin, aku seirus. Uhm, mungkin setelah satu bulan ini aku mau ngelamar kamu, maklum masih ngumpulin uang" kata Rangga.
Sinta tak membalas, hanya tersenyum manis. Tampak wajah bahagia setelah beberapa tahun bermusuhan dengan Rangga. Dalam hatinya dia bersyukur mendapatkan pria yang akan mengisi hatinya di hari-hari berikutnya.
"Alhamdulillah, sungguh Idul Fitri tahun ini kudapatkan kebahagiaan." kata Sinta dalam hati.

-----TAMAT------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar