Arsip Blog

Kamis, 19 September 2013

Kisah Sodagar dan Ulama


Cerita ini diambil dari kisah nyatayang pernah terjadi di sekitar tahun 1996 di Amerika. Adapun namaTokoh, tempat dan waktu dirubah oleh penulis.

Penulis : Ahmed Fajar

Di suatu kota di Amerika, hiduplahseorang tua yang sangat kaya raya. Perusahaannya sangat banyak, danberada di berbagai negara. Dahulu ketika mudanya, dia seorangprofesor yang sangat jenius. Dari hasil penelitiannya, diamenciptakan banyak alat untuk membantu dunia industri. Hasilpenemuannya sungguh luar biasa, sehingga dia mendapatkan paten penuhdari negara asalnya di Jerman. Dia pun memiliki banyak perusahaandari hasil penelitian dan desainnya. Dia memiliki 4 orang anak yangsudah dewasa.

Di masa senjanya setelah kepergianistrinya, dia yang kala itu berusia 70 tahun, dia memutuskan untukpensiun dan mendirikan yayasan sosial untuk membantu sesama yangmembutuhkan. Yayasan itu cukup besar. Dia pun aktif di kegiatansosial. Di tengah aktivitasnya setelah pensiun, dia mendapat hidayahdan diapun menjadi muallaf. Tak tanggung-tanggung, dengan kekayaannyadia membeli sebuah tanah dan mendirikan musholla beserta panti asuhanyang dia bina bersama anak ke duanya. 5 tahun kemudian, dia dananaknya memutuskan pergi haji. Sepulangnya dari tanah suci, sodagartua berinisiatif mengundang seorang ulama besar ke rumahnya gunamempelajari agama Islam lebih lanjut. Sang ulama itu dikenalnyaketika Edward, sang sodagar itu beribadah di tanah suci bersama anakkeduanya.

Cerita ini dimulai dari sini. Ketikaitu, Sang ulama melihat foto foto keluarganya yang ada di ruang tamusodagar tua itu. Setelah puas melihat-lihat, sang Ulama itu duduk diruang tamu. Percakapan pun di mulai.
“Pak Edward, anda rupanya pengusahadan desainer perangkat industri yang terkenal itu ya ?” anya Ulamaitu.
“Itu dahulu pak. Sekarang sayaputuskan untuk pensiun dari kepenatan saya di masa lalu” kataEdward.
“Oh, begitu. Ketika saya masukkemari, saya lihat rumah bapak sangat luas. Berapa kekayaan PakEdward ini ?” tanya Ulama itu.
“Gak banyak koq, kekayaan saya kirakira hanya 1,5 juta US$” kata Edward dengan kalemnya.
Ulama itu heran, namun dia dengantenang menyembunyikan keheranannya. Ulama itu kembali bertanya:
“Lalu, berapa anak Pak Edward ini ?”tanyanya.
“Anak saya hanya satu” kata Edwarddengan tenangnya.
Kembali ulama itu mengernyitkan keningkeheranan. Kembali ulama itu bertanya :
“Lalu setelah bapak pensiun, darimanasumber penghidupan bapak ?” tanyanya.
“Sumber penghidupan saya sekarangdari yayasan sosial dan dari Panti asuhan beberapa blok dari rumahini” kata Edward tersenyum ramah.

Rupanya Ulama itu heran. Diapunmenghentikan niatnya untuk melanjutkan pertanyaan mengenai dirinya.Akhirnya, ulama itu berkata :

“Pak Edward, saya heran, mengapa andaberdusta mengenai diri bapak. Saya tahu kekayaan bapak luarbiasabanyaknya, bahkan kalo saya perkirakan kekayaan bapak bisa dibilangmencapai 2,7 milliar US$, dari foto yang tadi saya lihat anak bapakada 4 orang, dan dari hasil usaha yang bapak bangun setidaknya bapaksebulan masih memiliki gaji setidaknya 150 juta US$...sungguh anehbapak ini. Mengapa bapak berbohong pada saya ?” tanya Ulama itukeheranan.

“Oke, begini. Niat saya mengundangbapak karena ingin belajar agama Islam, karena saya merasa kurang.Nah saya anggap kita sekarang belajar agama. Jadi apapun percakapankita ini saya anggap menggunakan sudut pandang keimanan. Tadi bapaktanya berapa anak saya, saya jawab 1 karena hanya dia yang nantinyabisa membantu saya di alam kubur karena dosa saya terlampau banyak.Anak saya yang kedua , yang bertemu bapak itulah anak saya yangnantinya bisa membantu saya untuk meringankan siksa kubur yangmungkin akan saya dapatkan di alam barzah” kata Edward dengantersenyum.

“lalu, bagaimana dengan penjelasanbapak mengenai jumlah kekayaan bapak ?” tanya ulama itu keheranan.

“Adapun jumlah kekayaan saya yangsaya katakan sejumlah kira-kira 1,5 juta US$ adalah uang yang sayabelanjakan di Jalan Allah. Itulah kekayaan yang akan saya bawamenghadap Allah SWT. Kalo sisanya nanti bakal lenyap, bahkan bisamenimbulkan pertengkaran.” kata Edward dengan tenang.

“Hmmm...oke pertanyaan terakhir.Bapak bilang sumber penghidupan bapak berasal dari yayasan sosial danpanti asuhan yang letaknya beberapa blok dari rumah ini, padahal sayatahu perusahaan yang bapak dirikan ada di berbagai belahan dunia.”kata Ulama itu keheranan.

“Hahahaha...Pak Kyai, perusahaanperusahaan saya itu adalah jalan Allah untuk menitipkan rizky padasaya yang harus saya belanjakan di jalan Allah. Alhamdulillah sayadapat cara yang baik, dan saya ingin harta saya menemani saya di alamkubur, makanya saya belanjakan di jalan Allah, karena ketika sayameninggal harta yang saya belanjakan di jalan Allah tak akan terputusdan investasi saya akan tetap jalan setelah saya meninggal. Adapunperusahaan perusahaan saya setelah saya tinggal mati akan terputusdan bukan jadi hak milik saya lagi. ” kata Edward dengan senyummanisnya.

Sang ulama itu kagum dengan perkataanEdward.

“Subhanallah... sungguh percakapankita ini sebuah berkah. Anda rupanya sangat merendah. Justru daripercakapan ini saya yang harusnya belajar dari anda...Subhanallah.Semoga Allah memberkati kehidupan anda dan hidayah diturunkan padaanak-anak Pak Edward” kata Ulama terkagum kagum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar